Sekelompok Pemuda Tega Menghabisi Teman Yang Baru di Kenalnya Dengan Senang Hati


Sekelompok Pemuda Tega Menghabisi Teman Yang Baru di Kenalnya Dengan Senang Hati

Oleh : Roni A. Salam/JONERROR

Ilustrasi gambar oleh : Roni A. Salam/JONERROR, 2018



AMALASSS, Bandung – Sekitar pukul 13.00 WIB. Sekelompok pemuda telah menganiaya seorang pemuda yang baru saja dikenalnya. Dengan alat bantuan sebuah golok, sekelompok pemuda tersebut tampaknya kesulitan untuk menghabisi korbannya. Menurut keterangan saksi yang menyaksikan aksi penganiayaan tersebut bernama Aa. Aa yang berusia dua tahun itu tidak bisa memberikan kesaksian secara detail terkait pengeroyokan itu. Dia hanya tersenyum, menggigit jari-jarinya dan menggelengkan kepalanya yang lucu itu.

Para petugas cukup kesulitan untuk mempertanyakan keterangan saksi lebih lanjut. “Saat itu saksi susah diajak komunikasi, sepertinya dia tidak mengerti bahasa manusia. Itu cukup menyulitkan kami untuk mengembangkan masalah ini.” ungkap Jajay (40), selaku keamanan rumah tangga setempat.
Kejadian tersebut terjadi di depan Kantor Pos Kamling. Menurut keterengan korban, yaitu Dadar menceritakan dari awal kronologinya :

Saya lagi makan mie goreng di warung makan yang katanya murah. Tapi saya heran kenapa mereka liatin saya terus disaat saya pertama datang ke warung itu. Lantas saya langsung menghabiskan makanan saya dengan cepat. Setelah itu saya menghampiri mereka dan mengajak kenalan kepada mereka, untungnya mereka mau. Setelah itu saya meminta mereka untuk membayar apa saja yang sudah saya makan, lalu mereka saling berbisik dan salah satu dari mereka pergi kesuatu tempat. Setelah salah seorang kembali, tapi tidak dengan tangan kosong dia membawa golok yang besar dan panjang, saya jadi takut. Saya langsung lari dan saya lupa, jaket saya ketinggalan di warung itu, lantas saya lari dengan memutar balik arah larinya dan ketemu mereka yang berusaha mengejar saya...” Ujarnya sambil menggaruk kakinya.

“...Saya pun belum sampai warung itu, tapi saya keburu tertangkap oleh mereka. Saya pun dikeroyok, tapi mereka terlihat bego. Karena salah satu dari mereka menampar saya dan menonjok saya dengan keras, dan dia menghalangi temannya yang lain yang berusaha mau memenggal saya. Saya berusaha melawan, tapi tidak bisa. Celana saya longgar, membuat saya kewalahan untuk mempertahankan diri dari mereka, saya hanya berusaha membetulkan celana saya, agar pantat dan kemaluan saya tertutupi rapi sama celana. ---

Terdengar oleh saya, seseorang dari temannya itu berteriak agar temannya itu (yang memukuli saya) tidak menghalanginya untuk membacok saya. Tapi temannya itu tengah sibuk menghakimi saya seorang diri dan dia cukup berani. 

Sepertinya temannya itu tidak sabar untuk membacokkan golok itu ke saya, dan pada akhirnya yang pertama dibacok adalah temannya itu, yang menghakimi saya itu tadi, saya pun heran dan saya segera bembetulkan celana saya itu, mumpung lagi pada terkejut. Setelah itu baru giliran saya, saya tidak heran ketika itu, saya sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh mereka. Golok itu hinggap di kepala saya dan ternyata tanjam, juga sakit. Saya kira mereka hanya becanda, ternyata beneran. Saya pun tidak sadarkan diri setetelah itu, tapi saya beruntung masih bisa membetulkan celana saya, soalnya kalo melorot saya suka malu.” 
Lanjutnya sambil merengek kesakitan, dan meminta tolong untuk mengusap kepalanya itu. Karena sang korban tidak bisa bergerak bebas, sebab semuanya sudah terbungkus oleh kain putih, seperti kostum pocong.

Yang membacoknya itu langsung lari dengan bermaksud untuk mencari ayahnya. Dia berniat untuk mengembalikan golok itu ke ayahnya yang sedang mengendarai kuda, tuk...tik..tak..tik...tuk suara sepatu kudanya. Tersangka yang satunya lagi malah bingung, dia masih bingung mau ngapain setelah semuanya terjadi.
---
Sang korban sempat memberi pesan kepada semua lapisan masyarakat luas, agar tidak mempercayai kejadian ini. Karena kejadian ini ternyata tidak ada, hanya saja karena ke-lebay-an sebuah media hingga ceritanya jadi alay.
Setelah berbincang-bincang dengan korban sekaligus para tersangka, kami langsung pergi kesalah satu tempat ngopi untuk saling bercerita lagi dan bikin cerita lagi.
“Saya ucapkan terimakasih kepada yang mau membaca ini, dan mohon maaf jika ada kesamaan nama dan tempat. Ini hanya cerita fiktif belaka.” Ucapan dari korban, tersangka dan juga saya. 

***
:)


Dipublikasikan oleh :
|||
AMALASSS AIDEM
|||


2018

Post a Comment

0 Comments

/* popup adblock */